Jumat, 21 November 2008

Membangun Visi Kepemimpinan

Membangun Visi Kepemimpinan
Kontekstualisasi Visi Gerakan Menuju Masyarakat Madani
KAMMI

”KAMMI merupakan wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan Pemimpin tangguh
demi terwujudnya masyarakat madani”

Alhamdulillah, segala puji bagi alllah atas apa yang telah dilimpahkannya kepada kita semua. Semoga shalawat serta salam tetap tercurah atas teladan kita pemimpin umat manusia seluruhnya yaitu Rosulullah Muhammad SAW.
Dan ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada malaikat,”Aku hendak menjadikan khalifah di Bumi”….(al Baqoroh : 30), memaknai ayat diatas ulama teah sepakat bahwasanya makna dari khalifah adalah pemimpin. Sehingga kepeimpinan sebenarnya telah menjadi fitrah bagi setiap nsan didunia ini,hanya saja ada orang-orang yang kemudian mengotimalkan fitroh tersebut sehingga fitroh itu akan berkembang serta ada juga orang-orang yang hanya menerima fitroh apa adanya sehingga fitroh yang dianugrahkan dari Allah hanya enjadi fitroh sebagai pelengkap hidup.
KAMMI sebagai gerakan dakwah pemuda ternyata manyabut baik fitroh yang telah dianugrahkan kepada setiap manusia. Dengan menjadikan kepemimpinan sebagai visi gerakan hal ini menjadi buktinyata akan pengembangan fitroh kepeimpinan. Kemudian yang menjadi pertanyaan selanjutnya, kepemimpinan seperti apakah yang diharapkan oleh gerakan mahasiswa idealis ini? Sebuah pertanyaan yang semestinya telah dimengerti dan difahami oleh mereka yang katanya terlibat didalamnya.
Kepemimpinan merupakan salah satu point penting yang diusung oleh gerakan KAMMI bahkan selain menjadi visi hal ini pun tertuang dala prinsip gerakan yang menyebutkan bahwa ”kepemimpinan umat adalah strategi perjuangan KAMMI”
Sedangkan visi KAMMI adalah KAMMI merupakan organisasi yang memposisikan dirinya sebagai lembaga pencetakatau pembentuk para pemimpin sebagai sarana mewujudkan masyarakat madani. Pemimpin itu sendiri merupakan orang yang memimpin, yang mana arti kata memimpin adalah mengelola, mengendalikan, mengarahkan, menggerakan ataupun lainnya yang bermakna bagaimana seseorang atau sekelompok masa mengikuti apa yang kita inginkan dala mencapai sebuah visi atau cita-cita bersama. Entah menggunakan apapun itu, teladan, perintah, kesepakatan ataupun sebuah perjanjian atau hukum dan undang-undang.
KAMMI sebagai gerakan dakwah Tauhid yang menjadikan Allah sebagai Ghoyyah dan Rosul sebagai Qudwah tentunya memiliki karakter tersesndiri dalam mengimplementasikan Visi kepemimpinannya. Sehingga dari dua hal ini (paradigma gerakan dan Visi gerakan) dapat dikorelasikan bahwa KAMMI sebagai gerakan pencetak pemimpin tentunya akan mencetak pemimpin yang memiliki landasan Tauhid, bergerak atas Tauhid dan berorientasi kepada Tauhid, serta menjadikan Rosul Muhammad sebagai contoh dalam melakukan kepemimpinan. Lalu seperti apakan Rosulullah pada saat menjadi seorag pemimpin?
Konteks kepemimpinan yang dibangun oleh gerakan KAMMI yang coba bukanlah kepemimpinan yang di dasarkan pada kekuasaan semata (Al Qiyadah Al Sulthoniyah), akan tetapi kepemimpinan yang berlandaskan atas tiga hal, yaitu Maknawi, Fikri, Tsaqofi dan Kompetensi. Yang masing-masing ini memiliki pengertian sendiri-sendiri.
Maknawi banyak diistilahkan sebagai bentuk kekuatan Ubudiyah kita dengan Allah SWT. Kepemimpinan dalam KAMMI bukanlah kepemimpinan yang memaksakan untuk mengarahkan kebaikan, akan tetapi kepemimpinan yang diterima secra ikhlas oleh orang yang dipimpin. Kita bisa lihat bagaimana rosulullah membangun kepeimpinan yang bersifat diterima secara ikhlas bukan hanya oleh kaum muslimin, pun kaum diluar muslim menerimanya. Bukan kah Allah SWT, telah meberikan penjelasannya bahwa ketika Allah cinta kepada seorang manusia maka Allah akan menyerukan kepada malaikat penghuni langit dan bumi untuk mencintainya, dan pun malaikat penghuni langit dan bumi akan menyerukan kepada seluruh manusia untuk cinta kepadanya. Artinya ketika kita dicintai oleh Allah SWT, maka seluruh penghuni langit dan bumi pun akan mencintai kita. Ke cintaan Allah kepada kita berkorelasi potif dengan tingginya Ubudiyah kita kepada Allah SWT (kuatnya ma’nawi kita).
Kemudian akankah kita dengan percaya diri akan memimpin umat sementara Allah tidak mencintai kita? Akankah kita memimpin umat ini sementara kita masih menjadi yang hanya bisa memberikan saran dengan mengabaikan teladan? Akankah kita akan merebut kepemimpinan umat ini semetara kita masih termasuk golongan orang yang enggan membaca quran, enggan untuk bangun malam, serta masih suka berselimaut disaat datang fajar kemenangan (Ba’da Shubuh). Tidak sedikit para pemimpin yang menjalankan kepemimpinannya dari kelihaian beretorika, kecerdasan berfikir, kemampuan mobilisasi masa (walaupun massa juga bagian dari kelompoknya yang menjalankan sesuatu karena takut dengan perintah dan taklid tanpa adanya kefahaman), dan ternyata sebanyak itu pula para pemimpin yang justru lebih banyak memberikan muhdorot dari mashlahat. Banyak pemimpin bermimpi bahwa ia telah memberikan begitu banyak mashlahat tetapi kenyataannya merekamenjadi penyebab munculnya mudhorot.

Tidak ada komentar: